SELAMAT DATANG - SEMOGA ANDA MENDAPATKAN APA YANG ANDA CARI - JANGAN LUPA NGISI BUKU TAMU YA........... TERIMA KASIH The Jakarta Share

Friday, 22 July 2011

Small Business Development For The Village Of Forest

(Studi kasus di Ds. Sambak Kec. Kajoran Kab. Magelang )


I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Keunggulan sektor pertanian sebagai tulang punggung pembangunan telah dibuktikan pada saat krisis ekonomi pada 1997 yang melanda Asia dan yang paling terpukul adalah Indonesia. Pada saat itu pertumbuhan sektor pertanian masih memperlihatkan pertumbuhan yang positif sementara sektor industri manufaktur mengalami pertumbuhan negatif dan sampai sekarang masih belum pulih bahkan banyak industri yang gulung tikar dan hengkang ke luar negeri dan akibatnya pengangguran dalam negeri meningkat (Dr. Mappaona).
Apabila kita berkunjung ke daerah pada saat krisis mulai terjadi, tidak kelihatan adanya perubahan krisis ekonomi. Kondisi masyarakat di pedesaan pun di sebagian wilayah terutama di daerah pertanian biasa-biasa saja; kata mereka, yang krisis itu orang di kota. Meskipun demikian kondisi kebanyakan petani masih jauh di bawah harapan. Untuk meningkatkan pendapatan mereka maka perlu diupayakan agar produknya mempunyai nilai tambah ekonomi. Dan salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi mereka adalah dengan menggiatkan sektor agribisnis di pedesaan (usaha kecil) dimana merupakan bagian integral dari perekonomian nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang penting dan strategis dalam mewujudkan pembangunan ekonomi nasional yang kokoh, untuk itu perlu diberdayakan agar dapat menjadi usaha kecil yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah
Sedangkan masyarakat Desa Hutan merupakan kelompok masyarakat yang kediamannya berada disekitar hutan dan melakukan kegiatan yang berinteraksi dengan sumberdaya hutan untuk mendukung kehidupannya. Perum Perhutani sebagai Perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan hutan di Jawa atau sebagai pemanfaat sumber daya alam hutan memiliki kewajiban untuk ikut serta dalam pembinaan masyarakat. Untuk itu Perum Perhutani telah memadukan Pengembangan Usaha Kecil dengan Masyarakat Desa Hutan yaitu dengan membentuk Lembaga Masyarakat Desa Hutan atau yang dikenal dengan LMDH yang anggotanya merupakan perkumpulan masyarakat desa di sekitar hutan yang berasal dari KTH (Kelompok Tani Hutan), Unsur BPD (Badan Perwakilan Desa), LPMD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa), PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga), RT (Rukun Tetangga) dan Karang Taruna.
Kerjasama antara antara LMDH dan Perum Perhutani dikemas dalam satu program PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat), dimana masing-masing pihak memiliki hak dan kewajiban dan bersinergi untuk mencapai keuntungan bersama, sedangkan dalam implementasinya melibatkan Pemerintah Daerah.dan LSM yaitu Lembaga independent yang tumbuh di masyarakat dengan tujuan meningkatkan keberdayaan dan keswadayaan masyarakat.

2. Maksud dan Tujuan
Inti sistem Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat lebih mengedepankan kepentingan masyarakat dan pelestarian hutan, meliputi peran serta masyarakat, perencanaan partisipatif, dan kerjasama kemitraan. Pengembangan Usaha Kecil ini dilakukan dengan Program Pengembangan Tanaman Porang (Amorphophallus onchophyllus) sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produktifitas lahan di bawah tegakan hutan.
Sedangkan tujuannya adalah ;
1. Meningkatkan produktifitas sumberdaya hutan
2. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat sekitar hutan.
3. Mewujudkan kelestarian hutan.



II. TINJAUAN PUSATAKA


A. Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat.
Pengelolaan sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat ( PHBM) dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Ketua Dewan Pengawas Perum Perhutani selaku Pengurus Perusahaan No: 136/Kpts/Dir/2001 tanggal 29 Maret 2001. PHBM ini merupakan suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan bersama oleh Perum Perhutani dan masyarakat desa atau Perum Perhutani dan masyarakat desa dengan pihak yang berkepentingan (stakeholder) dengan jiwa berbagi, sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan proporsional.
Difinisi “bersama” disini adalah kebersamaan antara Perum Perhutani dengan masyarakat desa yang tinggal sekitar hutan, yang kemudian disebut masyarakat desa hutan. Adapun arti jiwa berbagi yang terkandung di dalamnya adalah kesediaan Perum Perhutani, masyarakat desa hutan dan pihak lain yang berkepentingan untuk berbagi dalam pemanfaatan lahan dan atau ruang, berbagi dalam pemanfaatan waktu, berbagi pemanfaatan hasil dalam pengelolaan sumberdaya hutan, dengan prinsip saling menguntungkan, saling memperkuat dan saling mendukung sesuai kaidah-kaidah keseimbangan, keselarasan, keberlanjutan dan kelestarian lingkungan.

B. Prinsip-prinsip dan Tujuan PHBM
Prinsip-prinsip PHBM adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan: bersifat partisipatif, yaitu dalam kegiatan PHBM perencanaan kegiatannya disusun oleh Perum Perhutani bersama masyarakat desa hutan dalam kedudukan yang setara.
b. Pelaksanaan : PHBM dilaksanakan dengan prinsip keterbukaan, kebersamaan, keadilan, demokratis, pembelajaran bersama dan saling memahami, diselenggarakan dengan cara pemberdayaan ekonomi kerakyatan , prosedur yang sederhana dan pemerintah sebagai fasilitator.
c. Hubungan Kerjasama: dilakukan antar lembaga yang berbadan hukum, yaitu antara masyarakat desa hutan yang berakte notaris yang kemudian disebut Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dengan Perum Perhutani.
PHBM sebagai sistem pengelolaan sumberdaya hutan dilandasi oleh azas sosial-ekonomi dan peran serta masyarakat dalam kerangka pelestarian hutan/lingkungan. Sehingga segenap kebijakan/tindakan senantiasa mengedepankan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian hutan/kualitas lingkungan. Oleh karena itu ke dua faktor tersebut diatas memberikan arah penentu pengelolaan hutan yang dapat berjalan secara adil, demokratis, efisien dan profesional guna menjamin keberlanjutan peran hutan sebagai penyangga kehidupan.
Sehingga tujuan utama PHBM adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa hutan, mutu sumberdaya hutan dan produktifitasnya serta menciptakan lapangan kerja, kemampuan berusaha dan pendapatan masyarakat yang nantinya diharapkan bermuara pada kelestarian sumberdaya hutan dan lingkungan hidup.

C. Pengembangan Tanaman Porang
Hutan merupakan salah satu potensi sumberdaya alam yang harus dikelola dan dimanfaatkan secara lestari dan berkesinambungan untuk kesejahteraan rakyat. Potensi sumberdaya hutan terdiri dari hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Keduanya harus dimanfaatkan secara seimbang dan bijaksana sehingga dapat dicapai produktifitas hutan yang optimal dan kelestarian hutan tetap terpelihara.
Selama ini pemanfaatan sumberdaya hutan yang telah berlangsung masih mengandalkan pada pemanenan hasil kayu, kondisi ini berakibat pada kemerosotan produksi kayu dan degradasi hutan.
Dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya hutan, perlu dikembangkan pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), termasuk pemanfaatan lahan di bawah tegakan hutan. Potensi ekonomi HHBK bisa mencapai 95% dari total ekonomi sumberdaya hutan. Jika dikelola secara berkelanjutan, HHBK dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pembangunan wilayah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat (Puslitbang Kehutanan, 2007)
Tanaman Porang (Amorphophallus onchophyllus) merupakan tanaman asli dari daerah tropis yang termasuk dalam suku/famili Iles-iles yang memberikan hasil utama berupa umbi, yang dapat dijadikan bahan makanan, perindustrian, dan obat. Seperti halnya talas, umbi Porang mengandung kristal kalsium oksalat yang menimbulkan rasa gatal, tetapi bisa dihilangkan melalui proses pabrikasi.. Tanaman Porang merupakan ini mempunyai toleransi tinggi terhadap lingkungan yang ternaungi sehingga sesuai untuk ditanam pada lahan di bawah tegakan hutan. Selain itu Porang mempunyai banyak manfaat dan nilai ekonomi yang cukup tinggi sehingga diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.

D. Nilai Jual dan Pemasaran
Tanaman Porang mempunyai beberapa keunikan sekaligus keunggulan untuk dibudidayakan secara intensif dan komersial, karena tanaman ini tumbuh pada semua jenis tanah dan terlindung. Cocok di tanam di pekarangan, tegalan bahkan lebih cocok di kawasan hutan.
Keunggulan umbi porang dibanding umbi jenis lain adalah :
1. Dalam budidayanya tidak memerlukan teknologi dan modal yang besar.
2. Sekali menanam untuk selamanya (tidak perlu menanam lagi)
3. Dapat hidup dibawah tegakan / ternaungi.
4. Tidak memerlukan pemeliharaan yang intensif.
5. Mempunyai prospek pasar yang cerah.
Tanaman Porang di Indonesia sudah dikenal sejak lama, namun di setiap daerah mempunyai nama yang berbeda seperti : Porang Nganjuk, Lorkong Madura, Acung Sunda DLL.
• Divici : Spermatopyhta.
• Sub Divicio : Angiospermae
• Kelas : Monocotyledonae
• Ordo : Areceales
• Family : Areceae
• Genus : Amorphopallus
• Spesies : Amarphopallus oncophillus BI
Mutu produk hasil Porang ditentukan oleh penentuan waktu panen, dimana dalam penentuannya disesuaikan dengan tujuan pemanfaatan umbi dan cara panen yang tepat. Mutu hasil panen yang baik didukung dengan penanganan pasca panen yang tepat, akan mempengaruhi mutu produk olahan yang diinginkan, sebagai berikut :
1. Panen Porang pertama kali dilaksanakan setelah tanaman berumur 3 tahun (setelah mengalami periode pertumbuhan sebanyak 3 kali), tetapi panen selanjutnya dapat dilakukan setahun sekali (karena terjadinya proses pembibitan secara alami).
2. Waktu panen yaitu bulan April sampai Juli (pada saat umbi Porang mengalami dorman).
3. Ciri-ciri umum tanaman porang yang siap dipanen adalah : sebagian atau seluruh daun dan batang sudah mengering/mati (Ngripahi : bahasa Jawa).
4. Cara pemungutan umbi yaitu dengan menggali tanah disekitar bekas batang (umbi yang menyembul, mungkruk : Bahasa Jawa) dengan cangkul/gancu secara hati-hati, lalu umbi diangkat ke permukaan tanah.
5. Umbi yang di panen dipilih hanya yang berukuran besar (minimal 1 kg/umbi) dan sehat.
6. Produksi umbi porang berkisar antara 6 -17 ton/ha (tergantung pada pemeliharaan). Tetapi pada umumnya rata-rata 9 ton/ha.
Dibandingkan dengan jenis iles-iles lainnya, umbi Porang lebih banyak mengandung zat Glukomanan yang lebih populer disebut mannan. Mengenai kandungan mannan yang terdapat didalam Porang masih perlu diteliti dan diuji secara laboratoris. Tetapi berdasarkan literatur yang ada, kadar glukomanan yang terdapat dalam A. variabilis yang nilai jualnya masih dibawah Porang mencapai 14,35%. Adapun beberapa manfaat dari kandungan zat mannan ini antara lain :
1. Bahan lem yang daya rekatnya terbaik dan kedap air.
2. Campuran bahan dalam industri kertas agar kertas cukup kuat dan lemas.
3. Dalam industri pertekstilan mannan dipakai sebagai pengganti kanji, sehingga kain, katun, linen, wol dan kain-kain dari bahan imitasi lebih mengkilap.
4. Pengganti media tumbuh mikroba ataupun sebagai detektor mikroba alami yang mampu menyediakan unsur karbon bagi mikroba dalam bidang laboratoris.
5. Digunakan dalam industri perfilman, (pengganti selulosa), pelistrikan (isolator), persenjataan perang dan bahan peledak, alat-alat dalam pesawat terbang, serta parasut para penerjun payung.
6. Digunakan pada industri minuman, pabrik gula dan pertambangan batu bara sebagai penjernih dan massa pengikat. Partikel batu bara yang terlarut dalam air dapat dengan mudah terikat oleh mannan ini, sehingga airya dapat dimanfaatkan kembali.
7. Dalam bidang farmasi dimanfaatkan sebagai pengikat formulasi tablet, pengental sirup obat, pembungkus dan etiket kedap air, penghancur (desintegrator) tablet, dan pembuat suppositoria.
8. Dalam industri makanan pangan, mannan sebagai bahan pembuatan konyaku (sejenis tahu), shirataki (sejenis mie) dan lain-lain yang sangat digemari oleh masyarakat negara Jepang.
9. Bahan imitasi yang memiliki sifat lebih baik dari amilum dengan harga lebih murah.
10. Kalau larutan manan campur dengan gliserin/natrium hidroksida bisa dibuat bahan kedap air.
11. Untuk menjernihkan air dan memurnikan bagian-bagian koloid yang terapung dalam industri bir, gula, minyak dan serat.
12. Dalam industri kosmetika dan pengobatan untuk menjaga dan memulihkan kembali kelancaran peredaran darah dan mencegah naiknya kadar kolesterol dalam darah, menurunkan tekanan darah tinggi dan mengobati kencing manis serta meningkatkan kesegaran dan kehalusan kulit.
Manfaat Porang yang demikian banyak dan beragam menunjukkan bahwa komoditas Porang mempunyai pangsa pasar yang luas sehingga cukup prospektif untuk dikembangkan.
Pemasaran Porang berupa produk basah/kering dan produk olahan. Produk basah/kering dijual kepada pengepul/koperasi untuk dijual ke pabrik. Pabrik yang menerima bahan baku Porang cukup banyak, diantaranya di Jombang, Tangerang, Sidoarjo, Bandung dan Surabaya. Selanjutnya setelah menjadi produk olahan (Konyaku, Shirataki, dan lain-lain) sebagian besar diekpor ke Jepang dan Korea.

III. PROFIL DAN POTENSI

Ketersediaan lahan untuk pengembangan Porang (Amorphophallus onchophyllus) di Desa Sambak cukup luas karena komoditas Porang dapat dikembangkan pada lahan yang ternaungi atau dibawah tegakan hutan milik Perum Perhutani, sehingga tidak perlu lagi memanfaatkan lahan masyarakat yang relatif sempit.
Desa Sambak Kec. Kajoran Kab. Magelang merupakan salah satu desa hutan yang bisa dijadikan potret desa PHBM dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Hijau Lestari-nya. Desa Sambak merupakan satu dari keseluruhan 2.009 desa hutan yang ada di Jawa Tengah yang telah mengimplementasikan sistem PHBM dengan berbagai kegiatan produktif.
Desa Sambak secara geografis terletak di lereng selatan Gunung Sumbing yang merupakan deretan perbukitan Menoreh dengan ketinggian tempat antara 500 s.d 750 m dpl. Aksesibilitas Desa Sambak untuk berhubungan dengan daerah lain maupun Kota Kabupaten Magelang cukup baik. Dari Kota Kabupaten Magelang berjarak 35 Km dengan fasilitas jalan aspal dan listrik serta sarana telekomunikasi. Luas wilayah Desa Sambak adalah 334,53 ha yang terbagi dalam pemanfaatan untul : tanah sawah 131,89 Ha; tanah kering 110,09 Ha; Hutan negara 86,50 ha dan penggunaan lain-lain seluas 2,55 ha. Sedangkan populasi penduduk yang tinggal di Desa Sambak berjumlah 1.901 jiwa yang terbagi dalam 500 KK. Karakteristik sosial ekonomi masyarakat Desa Sambak secara umum masih sangat tergantung dari sektor pertanian dan kehutanan yang masih bersifat tradisional.
Kawasan hutan negara di Desa Sambak atau lebih dikenal dengan Hutan Potorono yang memiliki luas 86,50 ha merupakan potensi yang sangat mendukung pengembangan tanaman porang. Berbeda dengan kawasan hutan negara di daerah lainnya, potensi hutan di Desa Sambak masih utuh terjaga dari kerusakan karena penjarahan. Berbagai jenis tumbuhan dan satwa hidup secara alamiah membentuk ekosistem yang mantap, dengan tanaman pokok meliputi : mahoni dan rimba campur yang telah ditanam tahun 1967 dan 1992. Berbagai jenis tumbuhan dan satwa merupakan kondisi alami yang selama ini dilestarikan dengan kekuatan bersama dengan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Pengelolaan hutan berbasis masyarakat tercermin di tempat ini dengan lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) Wana Hijau Lestari.
Kelompok-kelompok tani mulai menyadari tentang potensi yang ada, sehingga berusaha melaksanakan kegiatan pertaniannya menggunakan cara dan teknologi lokal dengan semangat mewujudkan pengelolaan, pemeliharaan dan penanganaan pasca panen dengan prinsip dan teknologi tepat guna berbasis usaha tani organik.

IV. BUDIDAYA PORANG

1. Rencana Kegiatan:
a. Budidaya Porang
Pengembangan porang dilaksanakan di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang seluas 75 Ha yang terintegrasi dengan sistem PHBM dengan pengelola LMDH Wana Hijau Lestari dengan jumlah anggota 268 orang terdiri dari mayoritas Petani buruh tani, peternak dan pedagang. Dalam sistem pengelolaan hutan Perum Perhutani, hutan pangkuan desa di Desa Sambak masuk dalam wilayah KPH Kedu Utara, BKPH Magelang, RPH Temanggal.
b. Pelatihan Budidaya Porang
Pelatihan akan dilaksanakan dengan melibatkan petani yang difasilitasi oleh Perum Perhutani dan Pemda setempat.. Peserta pelatihan adalah masyarakat desa hutan/anggota LMDH yang melaksanakan kegiatan serta petugas/penyuluh pendamping
2. Teknik Budidaya
A. Sarat Tumbuh Umbi Porang
• Iklim :
1. Hidup Didaerah Tropis
2. Tahan Tempat Teduh ( Cahaya 40-50 %)
3. Ketinggian 0-900 M Dpl. Yang Baik 100-600
• Keadaan Tanah
Pada dasarnya tidak ada persyaratan khusus terhadap jenis tanah, namun yang harus diperhatikan adalah tidak becek/tergenang air dan PH. Antara 6-7
B. Cara Perkembangbiakan Umbi Porang
• Perkembang biakan dengan umbi
• Perkembang biakan dengan katak/ bupil

3. Budidaya umbi porang
A. Persiapan Lahan
• Pembersihan lahan, dengan cara pembabatan semak belukar dan tanaman penggangu lainnya, agar kondisi bawah tegakan menjadi bersih
• Pembuatan Lubang Tanam, dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm3 atau selebar cangkul, diperkirakan bibit yang ditanam memilki ruang yang cukup untuk tumbuh
• Penanaman
B. Pemeliharaan
- Pemupukan
Pemupukan dapat dilakukan pada awal pertumbuhan sebelum daun mekar atau sebagai pupuk dasar yaitu sebelum bibit ditanam.
Jenis dan dosis Pemupukan.
Pupuk Buatan :
1. Urea.
2. SP-36.
Pupuk Kandang
Tergantung kemampuan memberikan.
Untuk pupuk buatan 250 Kg. / Ha. Atau 1 sendok makan tiap pohon.
- Penyiangan, dilakukan untuk membersihkan tanaman dari gulma maupun tanaman penggangu lainnya.
3. Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan apabila tingkat serangan cukup mengganggu tanaman.
a. Hama yang sering muncul pada saat pembibitan
- Belalang Locus
- Ulat Papilo polytes
- Ulat Mahasena orbettis.
- Rycolala sp.
- Theerta sp.
Hama ini umumnya menyerang pada daun
b. Hama yang menyerang pada umbi
- Ulat Araechenes sp.
- Cacing namatoda.
c. Penyakit yaitu busuk batang semu dan layu daun, disebapkan oleh :
- Jamur Sclerotium,
- Rhyszoctonia,
- Cercospora
4. Penanganan Pasca Panen.
A. Pemanenan.
Pemanenan dilakukan setelah batang menguning / ngripahi, yang dipanen adalah umbi dengan ukuran sebesar genggaman orang dewasa (paling kecil).
B. Pengolahan.
- Pencucian, Pencucian ini dilakukan untuk membersihkan umbi dari tanah .
- Proses Perajangan Umbi Porang, Setelah di cuci selanjutnya dirajang/iris dengan ketebalan 0,5 s/d 1 Cm.
- Penjemuran, setelah dirajang selanjutnya dijemur dengan para-para dilantai jemur atau dikeringkan memakai pengering.
C. Manfaat Umbi Porang
Mafaat umbi porang sangat banyak dalam kehidupan manusia yaitu antara lain
 Untuk makanan :
- Tahu
- Mi
- Jeli
 Bidang farmasi :
- Pengikat pormula tablet
- Pembungkus kapsul
- Pengental sirup.
- Bahan obat-obatan.
- Kosmetika
 Bidang Industri :
- Campuran kertas agar kuat dan mengkilat
- Pengganti Selulosa dalam film
- Sebagai bahan lem.
- Tekstil






V. KELEMBAGAAN


PHBM dirancang sebagai sistem pengelolaan hutan yang menempatkan dua pelaku (stake holders) yaitu masyarakat desa hutan dengan Perum Perhutani pada kedudukan setara dalam pengelolaan hutan dengan jiwa berbagi. Pengelolaan Sumber Daya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) menjadi tonggak perubahan paradigma sistem pengelolaan hutan dari State Based Forest Management menjadi Community Based Forest Management.
Pengelolaan sumberdaya hutan bersama masyarakat (PHBM) adalah suatu usaha untuk menyelamatkan sumberdaya hutan dan lingkungan yang sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Implementasi system PHBM di Jawa Tengah diproyeksikan untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya hutan yang lestari dengan didukung kelembagaan kehutanan pada masyarakat yang mandiri dan kuat.
LMDH Wana Hijau Lestari
LMDH Wana Hijau Lestari didirikan dengan akte Notaris No. 07 tanggal 25 Agustus 2003 yang saat ini anggotanya berjumlah 268 orang terdiri dari Petani, buruh tani, peternak dan pedagang. Dalam sistem pengelolaan hutan Perum Perhutani, hutan pangkuan desa di Desa Sambak masuk dalam wilayah KPH Kedu Utara, BKPH Magelang, RPH Temanggal. Kegiatan produktif yang telah dilaksanakan antara lain penanaman tanaman dibawah tegakan (PORANG)
Pengelolaan hutan rakyat yang terlembaga dengan kelompok tani hutan rakyat yang menggarap tanah hutan rakyat seluas 75 ha, dilakukan secara terintegrasi dengan pengelolaan hutan negara untuk mendukung pengembangan Tanaman Porang.
Untuk mendukung kelembagaan ini, peran penyuluh sangat vital. Kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan di Desa sambak disesuaikan dengan Perubahan Paradigma Penyuluhan Kehutanan yang semula merupakan proses alih teknologi dan informasi menjadi proses pemberdayaan masyarakat
Strategi Pemberdayaan Masyarakat
• Pendampingan, sehingga akan tumbuh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Mandiri Berbasis Pembangunan Kehutanan
• Pelatihan, sehingga LMDH akan menjadi trampil
Strategi Pendampingan dalam Penyuluhan Kehutanan :
• Membangun Kelembagaan
• Memperkuat Kelembagaan
• Mengembangkan Kelembagaan


Aspek Penguatan kelembagaan yang sangat terkait dengan LMDH adalah :
• Akta Perjanjian Kerja Sama
• Akta Pendirian LMDH dan Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga LMDH
• Pertemuan LMDH
• Rencana Kerja LMDH
• Pembukuan LMDH
• Akumulasi Modal
• Pengembangan Jaringan Kerja
• Pelaksanaan Kegiatan Utama PHBM.
• Pencarian Informasi / Penyuluhan



VI.. PENUTUP

Tanaman Porang ((Amorphophallus onchophyllus) merupakan salah satu komoditas yang cukup prospektif untuk dikembangkan pada lahan di bawah tegakan hutan karena merupakan komoditas yang cukup mudah dikembangkan dan mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Melalui kegiatan Pengembangan Tanaman Porang ((Amorphophallus onchophyllus) diharapkan akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kelestarian hutan.
Untuk mendukung keberhasilan pengembangan usaha kecil tersebut, peran serta aktif dari berbagai pihak baik Perum Perhutani, Pemda Kabupaten maupun LSM sangat diperlukan terutama dalam hal pembinaan kepada kelompok tani hutan yang tergabung dalam LMDH Wana Wisata.


Daftar Pustaka
Pemerintah Propinsi Jawa Tengah. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Propinsi Jawa Tengah. Semarang.
Perhutani (Persero), PT. 2002. Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Unit I Jawa Tengah. Semarang.
Mappaona, Dr. 2003. Menumbuhkan Entrepreunership dan Inovasi Teknologi. Tabloid Sinar Tani, 2003
Rusmono, IR.MM. 2006. Peran Penyuluh Kehutanan Dalam Penguatan Kelembagaan LMDH. Semarang. Penyuluh Utama.
Read More...

Tuesday, 19 July 2011

Forest Day 5

Forest Day, now moving into its fifth year, has become one of the most intensive and influential annual global events on forests. At its heart, it is a platform for anyone with an interest in forests and climate change to meet once a year to ensure that forests remain high on the agenda of global and national climate strategies, and that those strategies are informed by the most up-to-date knowledge and experience. Forest Day presents an opportunity for stakeholders from different backgrounds and regions to network, share their experiences and debate the pressing issues facing forests around the world.

"For some countries, Forest Day provides a rare chance to interact internationally, exchange knowledge and lessons learned on forests and climate change," said Felician Kilahama, Director of the forest division of the Ministry of Natural Resources & Tourism, Tanzania.

Each Forest Day, which takes place annually on the sidelines of the UNFCCC Conference of the Parties, is designed to inform and engage world leaders, researchers, donors, policymakers, climate change negotiators, media, non-governmental and inter-governmental organizations, indigenous peoples' groups and other forest-dependent people.

Forest Day 4 in Cancun, Mexico, in December 2010 was the biggest Forest Day yet. The President of Mexico, Felipe Calderon Hinojosa, opened the event with an exciting keynote address to more than 1,500 participants from 109 countries. Among them were 260 UNFCCC climate negotiators and 100 journalists.

Forest Day 5, to be held in Durban, South Africa on 4 December 2011, will seek to inform the UNFCCC global agenda and forest stakeholders on ways to implement an international REDD+ funding mechanism that produces social and environmental benefits, above and beyond avoided emissions. The event will have a particular African focus, looking at the tropical forests of the Congo Basin and elsewhere, and the continent's wide expanses of dry forest areas.
The need for greater awareness of the latest research on Africa's forests is underscored by predictions that the continent will be hit hard by climate change. People in Africa are highly dependent on forests and there is a significant risk that the adaptive capacity of many forest ecosystems will be exceeded.

Organisers of Forest Day are now putting together a line-up of high-caliber speakers for the 2011 event and participant registration will open in August. For more information, email CIFOR-FORESTDAY@cgiar.org
Read More...

Thursday, 14 July 2011

History of Jakarta

Jakarta, on the island of Java, is the capital city of Indonesia. During the Dutch colonial era, it was called Batavia. In earlier forms it can be found as Djakarta
The earliest recorded mention of Jakarta is as a port of origin that can be traced to a Hindu settlement as early as the 4th century. The Jakarta area was part of the fourth century Indianized kingdom of Tarumanagara. In AD 397, King Purnawarman established Sunda Pura as a new capital city for the kingdom, located at the northern coast of Java.[4] Purnawarman left seven memorial stones across the area with inscriptions bearing his name, including the present-day Banten and West Java provinces.[5]
After the power of Tarumanagara declined, its territories, including Sunda Pura, became part of the Kingdom of Sunda. According to the Chinese source, Chu-fan-chi, written circa 1200, Chou Ju-kua in the early 13th Century, Srivijaya ruled Sumatra, the Malay peninsula, and western Java (Sunda). The source reports the port of Sunda as strategic and thriving, pepper from Sunda being among the best in quality. The people worked in agriculture and their houses were built on wooden piles.[6] The harbour area was renamed Sunda Kelapa as written in a Hindu monk's lontar manuscripts.[7] By the fourteenth century, Sunda Kelapa became a major trading port for the kingdom. The first European fleet, four Portuguese ships from Malacca, arrived in 1513 when the Portuguese were looking for a route for spices, especially black pepper.[8] The Kingdom of Sunda made a peace agreement with Portugal by allowing the Portuguese to build a port in 1522 in order to defend against the rising power of the Sultanate of Demak from central Java.[9]
By the 14th century, it was a major port for the Hindu Sunda Kingdom. The first European fleet, four Portuguese ships from Malacca, arrived in 1513. Malacca had been conquered by Afonso de Albuquerque in 1511 when the Portuguese were looking for spices and especially pepper.
In the 15th century AD there was, at the mouth of the Ciliwung River in the western part of Java Island, a harbour called Kalapa. It was one of the sea ports of the Sundanese kingdom of Pajajaran whose capital, Pakuan, was situated on the location of the modern city of Bogor, some 60 km upstream on the river.
The Portuguese, who had conquered Malacca in 1511 and wanted to set foot in the Moluccas, the famed "Spice Islands", were looking for a relay harbour on Java. Kalapa was attractive to them, all the more so since Pajajaran, which was still a Hindu polity, could make an alliance against Muslims who dominated the regional trade at that time. In 1522, the Portuguese signed with Pajajaran a treaty.
The relationship between the Kingdom of Sunda and Portugal intensified when another Portuguese named Enrique Leme visited Sunda in 1522 with the intention of giving a present. He was well-received and as a result, the Portuguese gained rights to build a warehouse and expand their fort in Sunda Kelapa (the name of the location at the time). The Sundanese regarded this as a consolidation of their position against the raging Muslim troops from the rising power of the Sultanate of Demak in Central Java.[10]
In 1527, Muslim troops coming from Cirebon and Demak attacked the Kingdom of Sunda under the leadership of Fatahillah. The king was expecting the Portuguese to come and help them hold Fatahillah's army because of an agreement that had been in place between Sunda and the Portuguese. However, Fatahillah's army succeeded in conquering the city on June 22, 1557, and Fatahillah changed the name of "Sunda Kelapa" to "Jayakarta" (जयकर्; "Great Deed" or "Complete Victory" in Sanskrit).[10]
The followers of the Sultan of Banten (the location of Jayakarta), Prince Jayawikarta, was also very involved in the history of Jakarta. In 1596, many Dutch ships arrived in Jayakarta with the intention of trading spices, more or less the same as that of the Portuguese. In 1602, the English East India Company's first voyage, commanded by Sir James Lancaster, arrived in Aceh and sailed on to Bantam where he was allowed to build trading post which becomes the centre of English trade in Indonesia until 1682.[11] In this case, the Prince took the Dutch arrival seriously as the Dutch had constructed many military buildings. Prince Jayawikarta apparently also had a connection with the English and allowed them to build houses directly across from the Dutch buildings in 1615. When relations between Prince Jayawikarta and the Dutch later deteriorated, his soldiers attacked the Dutch fortress which covered two main buildings, Nassau and Mauritus. But even with the help of 15 ships from the English, Prince Jayawikarta's army wasn't able to defeat the Dutch, for Jan Pieterszoon Coen (J.P. Coen) came to Jayakarta just in time, drove away the English ships and burned the English trading post.
Things then changed for the Prince, when the Sultan of Banten sent his soldiers and summoned Prince Jayawikarta to establish a close relationship with the English without an approval of the Banten authorities. The relationships between both Prince Jayawikarta and the English with the Banten government then became worse and resulted in the Prince's decision to move to Tanara, a small place in Banten, until his death. This assisted the Dutch in their efforts to establish a closer relationship with Banten. The Dutch had by then changed the name to "Batavia", which remained until 1942.[10]
In 1595, Amsterdam merchants had set up an expedition to be sent to the Indonesia archipelago. Under the command of Cornelis de Houtman, the expedition arrived in Banten in 1596. The goods it brought back to the Netherlands only produced a modest profit to the merchants who had set up the expedition.
In 1602 the Dutch set up the Dutch East Indies Company, Vereenigde Oostindie Compagnie in Dutch or VOC. In the Moluccas, the Dutch took a first Portuguese fort in 1605.
Read More...

Monday, 11 July 2011

Free Software FlashGet 3.7.0.1156

Want faster downloads and easier management of downloaded files? Then you need FlashGet.

If you've ever waited forever for your files to download from a slow connection, or been cut off mid-way through a download - or just can't keep track of your ever-growing downloads - FlashGet is for you.

FlashGet can split downloaded files into sections, downloading each section simultaneously, for an increase in downloading speed from 100% to 500%. This, coupled with FlashGet's powerful and easy-to-use management features, helps you take control of your downloads like never before.

FlashGet offers these features:

  • Optimizes use of system resources so it doesn't slow down your system.
  • Calls anti-virus automatically to scan downloaded files.
  • 100% free, with no ad-ware, spyware, or malware.
  • Increases download speed and stability.
  • Supports HTTP, FTP, Bittorrent, eMule and other protocols.
  • Powerful files management feature.
Click Here For Download
Read More...

Sunday, 10 July 2011

How to Make a Network Cable

The steps below are general Ethernet Category 5 (commonly known as Cat 5) cable construction guidelines. For our example, we will be making a Category 5e patch cable, but the same general method will work for making any category of network cables.

Steps

  1. Unroll the required length of network cable and add a little extra wire, just in case. If a boot is to be fitted, do so before stripping away the sleeve and ensure the boot faces the correct way.

    Ads by Google

    PC + LAN Infrared Control

    Control your PC with an IR Remote Control A/V via PC / LAN / WLAN
    www.irtrans.com
  2. 2
    Carefully remove the outer jacket of the cable.
    Carefully remove the outer jacket of the cable.
    Carefully remove the outer jacket of the cable. Be careful when stripping the jacket as to not nick or cut the internal wiring. One good way to do this is to cut lengthwise with snips or a knife along the side of the cable, away from yourself, about an inch toward the open end. This reduces the risk of nicking the wires' insulation. Locate the string inside with the wires, or if no string is found, use the wires themselves to unzip the sheath of the cable by holding the sheath in one hand and pulling sideways with the string or wire. Cut away the unzipped sheath and cut the twisted pairs about 1 1/4" (30 mm). You will notice 8 wires twisted in 4 pairs. Each pair will have one wire of a certain color and another wire that is white with a colored stripe matching its partner (this wire is called a tracer).
  3. 3
    Inspect the newly revealed wires for any cuts or scrapes that expose the copper wire inside.
    Inspect the newly revealed wires for any cuts or scrapes that expose the copper wire inside.
    Inspect the newly revealed wires for any cuts or scrapes that expose the copper wire inside. If you have breached the protective sheath of any wire, you will need to cut the entire segment of wires off and start over at step one. Exposed copper wire will lead to cross-talk, poor performance or no connectivity at all. It is important that the jacket for all network cables remains intact.
  4. 4
    Untwist the pairs so they will lay flat between your fingers.
    Untwist the pairs so they will lay flat between your fingers.
    Untwist the pairs so they will lay flat between your fingers. The white piece of thread can be cut off even with the jacket and disposed (see Warnings). For easier handling, cut the wires so that they are 3/4" (19 mm) long from the base of the jacket and even in length.
  5. 5
    Arrange the wires based on the wiring specifications you are following.
    Arrange the wires based on the wiring specifications you are following.
    Arrange the wires based on the wiring specifications you are following. There are two methods set by the TIA, 568A and 568B. Which one you use will depend on what is being connected. A straight-through cable is used to connect two different-layer devices (e.g. a hub and a PC). Two like devices normally require a cross-over cable. The difference between the two is that a straight-through cable has both ends wired identically with 568B, while a cross-over cable has one end wired 568A and the other end wired 568B.[1] For our demonstration in the following steps, we will use 568B, but the instructions can easily be adapted to 568A.
    • 568B - Put the wires in the following order, from left to right:

      • white orange
      • orange
      • white green
      • blue
      • white blue
      • green
      • white brown
      • brown
    • 568A - from left to right:
      • white/green
      • green
      • white/orange
      • blue
      • white/blue
      • orange
      • white/brown
      • brown
  6. 6
    You can also use the mnemonic 1-2-3-6/3-6-1-2 to remember which wires are switched.

    Image:Rj45568AB_955.gif
  7. 7
    Press all the wires flat and parallel between your thumb and forefinger. Verify the colors have remained in the correct order. Cut the top of the wires even with one another so that they are 1/2" (12.5 mm) long from the base of the jacket, as the jacket needs to go into the 8P8C connector by about 1/8", meaning that you only have a 1/2" of room for the individual cables. Leaving more than 1/2" untwisted can jeopardize connectivity and quality. Ensure that the cut leaves the wires even and clean; failure to do so may cause the wire not to make contact inside the jack and could lead to wrongly guided cores inside the plug.
  8. 8
    Keep the wires flat and in order as you push them into the RJ-45 plug with the flat surface of the plug on top.
    Keep the wires flat and in order as you push them into the RJ-45 plug with the flat surface of the plug on top.
    Keep the wires flat and in order as you push them into the RJ-45 plug with the flat surface of the plug on top. The white/orange wire should be on the left if you're looking down at the jack. You can tell if all the wires made it into the jack and maintain their positions by looking head-on at the plug. You should be able to see a wire located in each hole, as seen at the bottom right. You may have to use a little effort to push the pairs firmly into the plug. The cabling jacket should also enter the rear of the jack about 1/4" (6 mm) to help secure the cable once the plug is crimped. You may need to stretch the sleeve to the proper length. Verify that the sequence is still correct before crimping.
  9. 9
    Place the wired plug into the crimping tool.
    Place the wired plug into the crimping tool.
    Place the wired plug into the crimping tool. Give the handle a firm squeeze. You should hear a ratcheting noise as you continue. Once you have completed the crimp, the handle will reset to the open position. To ensure all pins are set, some prefer to double-crimp by repeating this step.
  10. 10
    Repeat all of the above steps with the other end of the cable. The way you wire the other end (568A or 568B) will depend on whether you're making a straight-through, rollover, or cross-over cable (see Tips).
  11. 11
    Test the cable to ensure that it will function in the field.
    Test the cable to ensure that it will function in the field.
    Test the cable to ensure that it will function in the field. Mis-wired and incomplete network cables could lead to headaches down the road. In addition, with power-over-Ethernet (PoE) making its way into the market place, crossed wire pairs could lead to physical damage of computers or phone system equipment, making it even more crucial that the pairs are in the correct order. A simple cable tester can quickly verify that information for you. Should you not have a network cable tester on hand, simply test connectivity pin to pin.

    Ads by Google

    Create Blogger Slideshow

    Create Free Travel Slideshow From Your Photos. Share It On Your Blog!
    tripwow.tripadvisor.com/slideshow

    High voltage cable tester

    HVA94 cable tester by b2hv Test your MV & HV cables up to 94kV
    www.b2hv.com

    LEMO Asia Pte Ltd

    LEMO Subsidiary to serve the ASIA Market with cable assembly ability
    www.lemo.com



Read More...

Saturday, 9 July 2011

Benefit eats banana


Banana contains tall potassium and low natrium, that make natural defense perfect for high blood pressure. As fact, usda recently allow estate pete to do fruit ability claim to prevent high blood pressure and even phenomenon stroke.
There are some education based on watchfulness that show to eat banana before school, moment have lunch, rest, and moment have lunch, can increase overall brain performance by good result.
You may be doesn't know, rich banana fiber that can useful large intestine cleaning. This help to restore to defecate regular, and be alternative, natural safe for medicine pencahar.
Many studies and watchfulness has proved that eat banana can evoke joy moment depression, because the fact that they contain tryptophan, will be kind protein that mengonversi in body to serotonin. Serotonin help you relax, make you felt happy, and usually repair your mood.
Because they have effect antacid natural in body, banana helps to remove and burn. So to ascertain to choose banana as casing food to watch over your stomach not distended.
Banana contains vitamin b6 that help to regulate blood sugar level, and can has positive effect in your mood.
Banana has been indicated to help habit has smoked, because has vitamin pregnancy b12 and b6 together with potassium and magnesium, help in restore lung function from nicotine ceasing effect.
| newest information around tips family well-being
Read More...

Friday, 8 July 2011

How to Add Google Analytics to Blogger

Do you know which websites refer the most visitors to your site? Or the most common keywords used to find your site? Google Analytics can provide the valuable answers to these questions, and many more.

== Steps ==
# Open a Gmail account if you don’t already have one.
# Create a Google Analytics Account.
# Click on: 'Add Website Profile.' Installing Google Analytics does not require knowledge of HTML, but there is a piece of HTML code that must be copied onto your blog.
# In the box, enter your URL. (For example: www.yourwebsite.com or yourblog.blogspt.com.)
# Set your Country and Time zone, and hit Continue.
# Highlight the tracking code displayed in the large box and 'Copy'.
# Sign into Blogger. Click on the 'Layout' Tab, then click on 'Edit HTML'
# Click on 'Download Full Template' to back up your template onto your computer. It's always a good idea to back up your template before you make any changes.
# Scroll down to the bottom and paste the tracking code just before the closing 'body' tag. If you are using the Asynchronous code, the instructions may be to place the tracking code before the close of the 'head' tag.
# Press 'Save Template' to save the changes.
# Back in Google Analytics, click on 'Check Status' or 'Verify Tracking Code' under the Status column. Once your tracking code has been verified, the status will change to: 'Receiving Data.'

== Tips ==
*Installing Google Analytics is a huge step towards taking control of your online marketing. It will open your eyes to valuable information about your website visitors and display the data in an easy to read, easy to understand format. Over time you will see trends that you could not have discovered any other way.
*The longer you have have Google Analytics installed, the more interesting and valuable the data will be.
*To remind yourself what the code you have added to the template is for, add a comment above it like this <!-- Google Analytics code -->
Read More...